Tujuh Tempat Perasaan (Latha'if) Manusia

Menurut ilmu Tasauf manusia ini punya tempat perasaan sebanyak tujuh, yaitu :

1. Lathifatun Nafsy ( Daerah Kepala ). Tempatnya dari kening (antara dua alis) sampai ke otak belakang, di sini ada perasaan. Mata melihat pinggul goyang-goyang, timbul perasaan trenyap-trenyep. Telinga mendengar musik, timbul perasaan trenyap-trenyep.

2. Lathifatul Akhfa
Letaknya di tengah dada (antara kedua puting susu)  ini adalah wilayah  perasaan yang sangat halus, sehingga saking halusnya kita tidak pernah merasakannya. Bisa merasakan  setelah ada musibah, misal kerabat yang kecelakaan, tiba-tiba dada kita langsung degdegan [meski telinga tidak mendengar sebelumnya berita kecelakan tersebut, red]. Tapi karena kita ini buta (tidak mau tahu dengan perasaan kita) menjadilah kita tidak tahu apa-apa, apa yang membuat dada kita degdegan? Kita tidak tahu bahwa degdegan dada kita ini ternyata akibat dari kecelakaan kerabat kita. Inilah yang sangat perlu kita pelajari, kita cari dan perlu kita dalami perasaan kita.

3.Lathifatul Qolab
Adalah ada di seluruh tubuh. Seluruh pori-pori dan seluruh kulit kita ini ada perasaan yang namanya Lathifatul Qolab. Berarti pada tengah-tengah badan lurus ke atas ada tiga perasaan, yaitu Lathifatul Qolab, Lathifatul Akhfa dan Lathifatun Nafsy.

6. Lathifatus Sirry
Letaknya  ada di dada sebelah kiri. Dua jari di atas puting susu kiri ada perasaan yang namanya Lathifatus Sirry dan

7.Lathifatul Qolbi
Letaknya dua jari di bawah puting susu kiri namanya Lathifatul Qolby yang menjadi pusat nafsu lawwamah. (Jadi, keseluruhan lathifah atau perasaan manusia berjumlah tujuh).

Semua perasaan inilah yang dikatakan dengan “Al-qolbu hiya an-nafsu wa an-nafsu hiyal Lathifatur Robbaniyyah” (Hati adalah nafsu dan nafsu adalah perasaan-perasaan yang menguasai manusia itu sendiri).

Bisa longgar ataupun bisa kuat tergantung pada perasaan ini, bisa kantuk atau bisa tidak kantuk tergantung juga pada perasaan ini. Jika perasaannya gigih, sungguh-sungguh, insya Allah tidak akan mengantuk ketika wirid, tapi jika perasaannya lemah, bosan, sungkan, tentunya mengantuk.

Itu semua bisa mengusai dhohir (jasad manusia) sehingga Kanjeng Nabi mengatakan, “Inna fil jasadi mutghoh idza sholuhat sholuhat jasadu kulluh wa idza fasadat fasadat jasadu kulluh Ala wahiya qolbu” (Sesungguhnya dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika itu baik, baiklah seluruh tubuh dan jika rusak, rusaklah seluruh tubuh.

Ingatlah bahwa itu adalah hati). Karena itu manusia yang kadang-kadang membabi buta dan lain sebagainya, adalah karena terdorong oleh rusaknya perasaan, yaitu qalbu.

. Lathifatur Ruh
Letaknya ada di dada sebelah kanan. Di sebelah kanan dada manusia ini ada dua perasaan, di bawah dan di atas puting susu.

5. Lathifatul Khofy
Dua jari di atas puting susu yang sebelah kanan namanya Lathifatul Khofy dan dua jari yang bawah namanya Lathifatur Ruh.

Rasulullah juga menganjurkan; “Man arofa nafsahu faqod arofa robbah”. Barangsiapa mengenali (meneliti) perasaannya sendiri maka sungguh ia akan mengenal Tuhannya, mengenal Sama’-Bashor-Nya, Qodrat-Irodat-Nya, fadlilah-Nya, Karomah-Nya dan seterusnya.
Read more

Tujuan Talqin Dzikir

Adalah melaksanakan perintah Alloh SWT. Alloh berfirman; “Fa is’aluu ahladz dzikri in kuntum laa ta’lamuun”. Yang namanya is’al, artinya dalam bahasa kita yaitu mintalah. Bisa juga diartikan dengan makna bertanyalah. Bisa pula dengan makna mintalah izin (ijazah, petunjuk) kepada orang yang ahli dzikir, yaitu Guru Mursyid. Sebab yang berhak memberi pelajaran dzikir (dalam kategori dzikir khos), yaitu dzikir Thoreqot Qodiryyah wa Naqsyabandiyyah (TQN) hanyalah hak Guru Mursyid. 

Adapun Para Wakil Talqin adalah kepanjangan tangan seorang Guru Mursyid  (sebagai wakil) saja. Guru Mursyid itu diumpamakan sebuah bendungan air  maka Para Wakil Talqin itu sebagai kran dan ketika dibutuhkan airnya, ia akan tetap keluar air dari sumbernya, yaitu dari Guru Mursyid. Sehingga air yang keluar itu sama sesuai yang dibutuhkan baik rupa atau jenisnya, tidak ada bedanya dengan sumber air yang berada di Guru Mursyid. Adapun kran yang ada di para Wakil Talqin itu tidak mengandung air sedikitpun kecuali pemberian dari Guru Mursyid.
 
Hubungan Guru dan Murid

Didalam melaksanakan ajaran Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN) itu ada yang namanya ‘alaiq, yaitu hubungan antara murid dan Guru Mursyid, diantaranya adalah Robithoh (hubungan antara murid dan Mursyid) sebagai wasilah (perantara) atau saluran ruhani untuk berhubungan dengan Alloh.

Makanya Alloh mengajarkan; “Wa’budulloha wabtaghuu ilaihil wasilah”. Artinya, “beribadahlah kamu semua kepada Alloh dan carilah dalam menuju kepada-Nya dengan wasilah”. Pertanyaannya kenapa? Sebab kita ini tidak bisa langsung bertemu Alloh sedangkan Kanjeng Nabi Muhammad saja melalui wasilah Malaikat Jibril.


Kita sebagai umat Rasululloh Muhammad SAW yang hidup di zaman sekarang ini, tentu sudah tidak lagi dapat melihat secara langsung Kanjeng Nabi Muhammad. Begitu kan? Maka diperlukan untuk mencari wasilah, mencari perantara (wakil-wakilnya) sampai hari kiamat dan hakikatnya kita ini tetap langsung beribadah kepada Gusti Alloh. Makanya harus ada robithoh seorang murid kepada guru, guru kepada gurunya yang di atasnya lagi dan seterusnya sampai kepada Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani. 
Ini yang disebut dengan Thoreqot jalur Qodirriyyah. 

Adapun Thariqat jalur Naqsybandiyyahnya yaitu dari guru-gurunyanya terus sampai kepada Syeikh Bahaudin An-Naqsyabandy. Beliau mengambil dari guru-gurunya sampai kepada Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq dan yang Qodiriiyah (Syeikh Abdul Qodir) dari guru-gurunya sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib KW. Kedua Sahabat tersebut mengambil benih dzikir dari Rasululloh SAW, Rasululloh dari Malaikat Jibril dan Malaikat Jibiril dari Alloh SWT.
 
Read more

Duduk Tafakur

Bismillah hirohman Nirohim,

Di malam yang sunyi ku hadapkan wajahku kepada Dzat yang memilikiku dengan duduk bersila, kulepaskan ketegangan tubuhku, mulailah ku masuki ruang kosong yang ada pada diriku, kutatap hamparan ruang kosong yang ada di dalam diriku teryata tidak ada bedanya yang ada di dalam diriku.

Inikah yang di sebut maha meliputi dengan dzatnya yang maha agung, yang tidak dapat di sentuh serta di bayang- bayang kan dengan apapun juga. ku diamkan fikiranku dari kecemasan kecemasan serta suara tentang hidup dan juga kehidupan, mulailah aku bisa merasakan aliran nafasku yang selama ini ada namun menjadi seakan tiada, karena kesibukan fikiranku yang mengejar sesuatu yang semestinya tidak perlu.

Nafas tandanya kehidupan Dan Nafas tandanya tuhan masih mengasihiku, serta nafasku tandanya aku masih di beri kehidupan, awalnya nafasku meburuk  masih ada suara suara di hatiku, kemudian aku mulai perhatikan pada pertanda tuhan masih mengasihiku pada dalam setiap tarikan nafasku yang mulai teratur dan mualai mengendur. Setiap tarikan nafasku ku rasakan damai nya hati karena dalam aliran  tarikan nafasku itu ku rasakan juga nafas semesta ,sang jiwa dunia. 

semakin ku ikuti aliran nafasku sampai masuk dalam diriku, ku rasakan diri ini menjadi kosong. kosong dari pada pertanyaan, kosong dari pada ketakutan serta kosong dari pada segala  kecemasan. tapi di saat aku ada pada puncak kekosongan aku merasa penuh oleh cahaya kasihnya, aku merasa di selimuti olehnya, aku tidak merasa adanya diri, dalam kasihnya. aku lebur dalam kasihnya. semua itu ku rasakan jadi satu aku. aku dan kegelapan menjadi satu akupun dengan yang lain menjadi satu aku dan alam semesta menjadi satu . semua realitas yang aku kenal menjadi satu dengan cahayanya. kedalam diri adalah perjalanan yang penting dari perjalanan manusia. ini adalah adalah perjalanan menuju kebenaran yang sesungguhnya, perjalanan menuju pada sumber dari segala sumber yaitu allah. ini adalah tempat dimana kita bisa menemukan kebijaksanaan dan spiritual yang sebenarnya yang penuh dengan pengetahuan. semua ini di lakukan dengan cara tafakur dengan cara mendiamkan diri dari fikiran dan perasaan.

pemahaman tentang spiritual atau hukum atau penciptaan yang mana nantinya akan menjadikan diri kita harmonis ke dalam setiap hari-harinya. dengan tafakur kita menghubungna potensi diri dengan pencipta. serta akan mengenal apa itu kesadaran diri sendiri yang membawa kita pada expresi diri . jiwa ini adalah sumber penghubung antara diri kita dan tuhan.  semoga kita bisa istikomah melakukan koneksi jiwa yang terhubung kepada sang pecipta semesta ini, dan ketika kita sudah berhasil memasuki ke diri kita sendiri secara otomatis kita akan terhubung kepada diri kita yang sejati dan dengan mudah semua pengetahuan serta ketenangan jiwa akan dengan mudah dapat di rasakan.

Sekian semoga bermanfaat wawasan ini untuk diri saya prbadi dan kalian yang membacanya untuk sekedar pengetahuan atau wawasan cara pandang kita terhadap kehidupan.

Amin ya robbalalamin...
Read more

Dzikir Adalah Rohnya Ibadah

Pada tatanan spiritualitas Islam, dzikrullah merupakan kunci membuka hijab dari kegelapan menuju cahya Ilahy. Alqu’an menempatkan dzikrullah sebagai pintu pengetahuan makrifatullah, sebagaimana tercantum dalam surat Ali Imran 190-191:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau sambil duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”

Kalimat “yadzkurunallah” orang-orang yang mengingat Allah, didalam `tata bahasa arab’ berkedudukan sebagai ma’thuf (tempat bersandar) bagi kalimat-kalimat sesudahnya, sehingga dzikrullah merupakan dasar atau azas dari semua perbuatan peribadatan baik berdiri, duduk dan berbaring serta merenung (kontemplasi).

Dengan demikian praktek dzikir termasuk ibadah yang bebas tidak ada batasannya. Bisa sambil berdiri, duduk, berbaring, atau bahkan mencari nafkah untuk keluarga sekalipun bisa dikatakan berdzikir, jika dilandasi karena ingat kepada Allah. Juga termasuk kaum intelektual yang sedang meriset fenomena alam, sehingga menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi seluruh manusia.

Dzikrullah merupakan sarana pembangkitan kesadaran diri yang tenggelam, oleh sebab itu dzikir lebih komprehensif dan umum dari berpikir. Karena dzikir melahirkan pikir serta kecerdasan jiwa yang luas, maka dzikrullah tidak bisa hanya diartikan dengan menyebut nama Allah, akan tetapi dzikrullah merupakan sikap mental spiritual mematuhkan dan memasrahkan kepada Allah Swt.

Dari Dardaa Ra : bersabda Rasulullah Saw “Maukah kalian saya beritakan sesuatu yang lebih baik dari amal-amal kalian, lebih suci dihadapan penguasa kalian, lebih luhur di dalam derajat kalian, lebih bagus bagi kalian dari pada menafkahkan emas dan perak, dan lebih bagus dari pada bertemu musuh kalian (berperang) kemudian kalian menebas leher-leher mereka atau merekapun menebas leher-leher kalian ??”

Mereka berkata : “baik ya Rasulullah”. Beliau bersabda : “dzikrullah” atau ingat kepada Allah (dikeluarkan oleh At thurmudzy dan Ibnu Majah, dan berkata Al Hakim: shahih isnadnya).

Betapa dzikrullah ditempatkan pada posisi yang sangat tinggi, karena merupakan jiwa atau rohnya seluruh peribadatan, baik shalat, haji, zakat, jihad dan amalan-amalan lainnya. Dari sisi lain, Allah sangat keras mengancam orang yang tidak ingat kepada Allah didalam ibadahnya. Seperti dalam surat Al Ma’un ayat :4-6

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’.”

“fashalli lirabbika” maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu (QS.108:2 )

Perbuatan `riya’ ialah melakukan suatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah, akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat. Amal perbuatan seperti itu yang akan ditolak oleh Allah, dan dikategorikan bukan sebagai perbuatan Agama (Ad dien).

Banyak orang yang mendirikan shalat, sementara ia hanya mendapatkan rasa lelah dan payah (Al Hadist)

Sabda Nabi Saw : “Akan datang pada suatu masa, orang yang mengerjakan shalat, tetapi mereka belum merasakan shalat” (HR. Ahmad, dalam risalahnya: Ash shalatu wa ma yalzamuha)

Jadi jelaslah maksud hadist-hadist diatas bahwa seluruh peribadatan bertujuan untuk memasrahkan diri dan rela kepada Allah, sebagaimana pasrahnya alam semesta.

Untuk mencapai kepada tingkatan yang ikhlas kepada Allah serta menerima Allah sebagai junjungan dan pujaan, jalan atau sarana yang paling mudah telah diberikan Allah, yaitu dzikrullah. Keikhlasan kepada Allah mustahil bisa dicapai, tanpa melatih dengan menyebut nama Allah serta melakukan amalan-amalan yang telah ditetapkan-Nya.

Telah menyebutkan Abdullah bin Yusr, bahwa sesungguhnya ada seorang lelaki berkata. wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat iman itu sungguh amat banyak bagiku, maka kabarkanlah kepadaku dengan sesuatu yang aku akan menetapinya. Beliau bersabda : “Senantiasa lisanmu basah dari dzikir (ingat) kepada Allah Ta’ala.”

Keluhan laki-laki yang datang kepada Rasulullah menjadi pelajaran dan renungan bagi kita , yang ternyata syariat iman itu amat banyak jumlahnya dan tidaklah mungkin kita mampu melaksanakan amalan syariat yang begitu banyak tersebut, kecuali mendapatkan karunia bimbingan dan tuntunan dari Allah Swt. Rasulullah telah memberikan solusinya dengan memerintahkan selalu membasahi lisan kita dengan menyebut nama Allah.

Dengan cara melatih berdzikir kepada Allah kita akan mendapatkan ketenangan, kekhusyu’an dan kesabaran yang berasal dari Nur Ilahy.

Keutamaan berdzikir kepada Allah

Apabila benar-benar mengerjakan dzikir menurut cara yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya, sedikitnya ada dua puluh keutamaan yang akan dikarunikan kepada yang melakukannya, yaitu :
  1. Mewujudkan tanda baik sangka kepada Allah dengan amal shaleh ini.
  2. Menghasilkan rahmat dan inayat Allah
  3. Memperoleh sebutan yang baik dari Allah dihadapan hamba-hamba yang pilihan
  4. Membimbing hati dengan mengingat dan menyebut Allah
  5. Melepas diri dari azab
  6. Memelihara diri dari was-was syaitan khannas dan membenteng diri dari ma’syiat
  7. Mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
  8. Mencapai derajat yang tinggi disisi Allah
  9. Memberikan sinaran kepada hati dan menghilangkan kekeruhan jiwa
  10. Menghasilkan tegaknya suatu rangka dari iman dan islam
  11. Menghasilkan kemulliaan dan kehormatan pada hari kiamat
  12. Melepaskan diri dari rasa sesal
  13. Memperoleh penjagaan dari para malikat.
  14. Menyebabkan Allah bertanya tentang keadaan orang-orang yang berdzikir itu.
  15. Menyebabkan berbahagianya orang-orang yang duduk beserta orang-orang yang berdzikir, walupun orang yang turut duduk itu tidak berbahagia .
  16. Menyebabkan dipandang ahlul ihsan, dipandang orang-orang yang berbahagia dan pengumpul kebajikan.
  17. Menghasilkan ampunan dan keridhaan Allah
  18. Menyebabkan terlepas dari suatu pintu fasik dan durhaka. Karena orang yang tidak menyebut Allah (tidak berdzikir) dihukum sebagai orang fasik.
  19. Merupakan ukuran untuk mengetahui derajat yang diperoleh di sisi Allah.
  20. Menyebabkan para Nabi dan orang-orang mujahidin (syuhada) menyukai dan mengasihi. (Al Fathul Jadied : syarah At Targhieb Wat Tarhieb)
Dengan sebagian manfaat yang tercantum diatas, layaklah jika dzikrullah di dudukkan sebagai pintu pembuka jalan kebajikan dan jalan makrifatullah. Keutamaan-keutamaan tersebut bukan sekedar catatan yang menarik bagi kaum muslimin, akan tetapi hal tersebut bisa kita peroleh dan dirasakan dengan sebenar-benarnya, apabila kita serius dan sungguh-sungguh didalam melaksanakan amalan-amalan dzikir kepada Allah.

Dalil-dalil yang menganjurkan dzikrullah serta ancaman bagi yang meninggalkannya.

    Surat Ali”Imran (190-191)
    Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda dari orang yang berakal. (3-190) (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksaan neeraka.
    Surat An Nisaa’ (103)
    Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguh-nya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
    Surat Al Anfaal (45)
    Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.
    Al Munaafiquun (ayat 9)
    Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
    Al Mujaadilah (ayat 19)
    Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa golongan syetan itulah golongan yang merugi.
    Az zukhruf :36
    Barang siapa yang berpaling dari ingat kepada yang maha pemurah, kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.ereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas…, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) dihadapan manusia, tidaklah mereka menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali.
    Al baqarah 152
    Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmatku)
    Al baqarah 200
    Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau bahkan lebih banyak dari itu.
    Al Ahzab 35
    Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang benar.
    Al Ahzab 41
    Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir sebanyak-banyak nya.
    An Nur 37
    Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) membayar zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (dihari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
    Al A’Raaf 205
    Dan sebutlah (nama) Tuhanmu didalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan tidak mengeraskan suaramu, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (tidak berdzikir)
    Ar Ra’d :28
    (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allalh hati menjadi tentaram.
    Al Jumu’ah :9
    Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk sembahyang pada hari jum’at, maka segeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui

Hadist-hadist Rasulullah

Dari Abu Hurairah Ra. Dari Rasulallah Saw. Bersabda : “barang siapa yang duduk pada suatu termpat duduk yang dia tidak dzikir (ingat) kepada Allah, dan atau ditempat itu, maka ada atasnya kebencian dari Allah ta’ala. Dan barang siapa bertiduran pada tempat tidur yang ia tidak dzikir kepada Allah ditempat itu, maka ada atasnya kebencian dari Allah”, artinya merupakan kekurangan tabiat jelek dan kerugian. (dikeluarkan oleh Abu Dawud)
 
Banyaklah olehmu menyebut Allah disegenap keadaan karena tak ada sesuatu amal yang lebih disukai Allah dan tak ada yang sangat melepaskan hamba dari suatu bencana di dunia dan akhirat dari pada menyebut Allah (HR: At Tabrany )
 
Berfirman Allah Swt. Aku menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan aku besertanya dimana ia mengingat akan Aku (HR Bukhari Muslim)
    
Tidaklah duduk sesuatu kaum disuatu majelis lantas mereka menyebut nama Allah dimajelis itu melainkan mengelilingi mereka dan rahmat menutupi mereka dan Allah menyebut mereka dihadapan orang-orang yang disisi-Nya ( HR Ibn Syaiban. Tahfudz Dzikirin:12)
    
Tiada berkumpul suatu kaum didalam suatu rumah Allah (masjid) untuk menyebut Allah hendak memperoleh keridhoan-Nya melainkan Allah memberikan ampunan kepada mereka itu. Dan menggantikan keburukan-keburukan mereka dengan berbagai kebaikan (HR Ahmad At Targhieb 3:63)

Barang siapa tiada banyak menyebut Allalh, maka sesungguhnya terlepas dia dari imannya (HR. At Tabrany dalam Al Ausath )

Bahwasanya Allah berfirman: “hai anak Adam, apabila engkau telah menyebut akan Aku, berarti engkau telah mensyukuri akan Aku. Dan apabila engkau telah melupakan akan Aku, berarti engkau telah mengingkari nikmat dan ihsan-Ku” ( HR. At Tabrany dalam Al Ausath)
 
Perumpamaan orang yang menyebut tuhannya dengan orang orang yang tidak menyebut tuhannya, adalah umpama orang yang masih hidup dibanding dengan orang mati. (HR. Bukhary At TarghiebWat Tarhieb 3:59)

Berkata Abu Hurairah Ra. Bersabda Nabi Muhammad Saw. telah mendahului “mufarridun”. Mereka (para sahabat) berkata: Apakah Mufarridun itu? Beliau menjawab: orang-orang lelaki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah (dikeluarkan Oleh Imam Muslim)

Telah menyebutkan Abdullah bin Yusr bahwa sesungguhnya ada seorang laki-laki berkata: Sesungguhnya syari’at iman itu sungguh amat banyak bagiku, maka kabarkanlah kepadaku dengan sesuatu yang aku menetapinya. Beliau bersabda: senatiasa lisanmu basah dari dzikir (ingat) kepada Allah Ta’ala.
 
Sudah terlalu banyak yang kita mengerti dari perintah-perintah Allah didalam Al Quran dan Al Hadist. Namun apakah akan tetap menjadikan dalil tinggallah dalil, dan kita tetap saja tidak mau berbuat banyak dalam melaksanakan peribadatan kepada Allah. Sampai kapan kita hanya mengumpulkan data-data keislaman yang tidak terhitung banyaknya. Apakah sebenarnya tujuan kita beragama !? Bukankah kita akan kembali kepada-Nya dengan tidak membawa apa-apa (Pasrah) !?

Terlalu panjang… kalau kita membicarakan persoalan yang tiada habis-habisnya. Apalagi mempersoalkan hal furuiyyah, syariat Islam itu tidak sekedar soal hukum-hukum positif saja, tetapi banyak nilai spiritual yang belum digali dengan benar. Akibatnya kita ketinggalan dengan para Yogi India yang menekuni realitas kejiwaan yang bersifat universal, sehingga para penganutnya bukan saja dari kalangan hindu, akan tetapi sebagian orang Islam dan bangsa Eropa yang beragama Kristen telah menekuninya tanpa harus menjadi Hindu. Dan membawa manfaat baik lahir maupun mental spiritualnya.
  • Mengapa nilai spiritual Islam tidak mampu menembus wilayah bangsa-bangsa lain yang bermanfaat bagi kedamaian manusia, yang diakui menyatakan Rahmatan lil’alamin !?
  • Mengapa kita memandang mereka dengan rasa kebencian dan bermusuhan.? Padahal tidak semua orang kafir harus diperangi (harbi).
  • Mengapa kita tidak melakukan saja pekerjaan yang bermanfaat untuk kesejahteraan ummat manusia dan alam?
  • Mengapa kita tidak menjadikan manusia itu cerdas dan bermental spiritual yang damai?
Lihatlah bangsa Jepang, negara yang amat kecil dan disegani lawannya, dikagumi semua Ummat, padahal dia tidak memiliki pasukan penggempur musuh.

Kita Ummat yang mengaku khairun Ummat (Ummat yang terbaik), ternyata dilecehkan dan dihinakan, dijajah, dan tidak dipandang sebagai ummat yang cerdas, bahkan hampir disamakan dengan bangsa primitif, karena menonjolkan sifat kekasaran, dan kekuatan ototnya. Kita mudah marah dan tersinggung, jika dikatakan ummat islam itu terbelakang, yang identik dengan kemiskinan dan kebrutalan.

Kenyataannya kita sering dihambat oleh ummat sendiri. Al islam mahjubun bil Muslim, kreatifitas dan inovasi pemikiran dan kajian ummat, terkadang diserang habis habisan tanpa ikut meneliti terlebih dahulu kebenarannya dengan alasan bid’ah.

Orang yang menekuni bidang pendidikan, filsafat, dan ilmu-ilmu sain dianggap tidak memperjuangkan ummat, padahal mereka adalah orang yang mengisi khasanah keilmuan yang digali dalam literatur Islam yang penuh dengan persoalan-persoalan manusia, alam dan fenomenanya. Saya mengajak segenap ummat Islam agar kembali kepada jalan suci yang dirintis para pendahulu kita, yang lebih banyak berbuat ketimbang berbicara. Islam berkembang bukan dengan kekerasan, akan tetapi melalui kebudayaan, melalui sains yang digali oleh para Ulama yang mengungkapkan keagungan dan keunikan alam semesta. Ulama-ulama yang sangat intens terhadap ilmu fisika, matematika, dan kedokteran seperti, Ibnu Sina, Al Jabber, Ibnu Rusydi dll, mempunyai andil mengangkat derajat dan kebesaran Islam pada abad ke tujuh sampai akhir abad kedua belas, hingga akhirnya terpuruk pada saat ini. Menurut pandangan saya, Jepang, Singapura, Perancis adalah potret negara Islami yang sebenarnya, sebab disanalah dasar-dasar filsafat Islam tertanam menjadi budaya yang tinggi seperti kedisiplinan, ketekunan, kesadaran hukum, kebersihan, wajib belajar, memperhati-kan hak asasi manusia, binatang, dan lingkungan. Hanya satu yang belum yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya

Demikian harapan dan sentuhan rasa yang dalam akan keinginan khasanah keislaman dijalankan melalui gerakan jiwa yang dalam dan bersih. Dan hanya dengan berbuat melalui kesadaran spiritual yang tinggi keinginan itu akan tercapai. Sebab kesadaran adalah modal tertinggi untuk mencapai sesuatu. Bukan dengan emosi dan cemburu terhadap karya orang lain lalu kemudian memusuhinya tanpa jelas perkaranya. Hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang sehingga melahirkan karya-karya yang bermanfaat dan berperilaku akhlaq yang mulia.

Memasuki keadaan diri (Aku)

Marilah kita belajar menyelami kesadaran diri yang sebenarnya, dan mengenali hakikat ruh yang biasa menyebut dirinya “Aku”. Dan saya tidak akan bicara soal dalil-dalil. Ibaratnya kita melakukan shalat, kita tidak lagi butuh dalil, akan tetapi kita tinggal memasuki keadaan shalat yang sebenarnya.

Manusia merupakan makhluq yang sempurna sehingga diangkat sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini. Biarpun sebagian besar orang tidak mengerti banyak tentang sifat sebenarnya dari diri sendiri. Dalam susunan fisik, mental dan kerohaniannya terdapat sifat yang tertinggi maupun terendah. Didalam tulang-tulang terdapat kehidupan bersifat mineral, badan dan darahnya benar-benar mengan-dung bahan mineral.

Kehidupan fisik badan manusia mirip dengan kehidupan tanaman. Banyak keinginan /nafsu fisik serta emosi mirip dengan yang dimiliki oleh binatang. kemudian manusia mempunyai seperangkat sifat mental yang menjadi miliknya, dan tidak dimiliki oleh binatang yang bersifat rendah.

Benda-benda fisik dan mental tersebut adalah milik manusia, dan bukannya manusia itu sendiri. Sebelum manusia (“Aku”) dapat menguasai atau mengalahkan, dan mengarahkan benda yang menjadi miliknya yaitu alat dan instrumennya terlebih dahulu ia harus menyadari dirinya secara benar. Ia harus dapat membedakan mana yang merupakan Aku dan mana yang merupakan alat atau milik Aku, dapat membedakan mana yang Aku dan mana yang bukan Aku. Inilah tahapan pertama yang harus disadari.

Katakan bahwa Ruh itu adalah dari amar-amar-Ku, Aku adalah ruh yang ditiupkan kedalam tubuh yang terbuat dengan komposisi kosmos yang sempurna setelah diberi bentuk. ( Al Hijir 28-29) sang aku bersifat abadi tidak bisa mati, tidak bisa rusak. Ia memiliki kekuasaan, kebijaksanaan dan kenyataan.

Tetapi seperti halnya seorang bayi yang kemudian menjadi dewasa, bathin manusia tidak menyadari sifat potensial yang tertidur dalam dirinya, dan tidak mengenal dirinya sendiri yang sebenarnya. Bila diri sendiri yang sebenarnya sudah bangun, ia mengenal mana yang disebut Aku dan mana yang bukan Aku sebagai dirinya sendiri atau Aku. Aku inilah yang akan kembali kehadirat asalnya yaitu Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun.. Sesungguhnya Aku adalah berasal dari Allah dan kepada-Nya lah Aku kembali.

Badan ini mempunyai perasaan, keinginan dan nafsu. Tetapi pikiran semacam itu terdapat pula pada banyak orang yang mengaku beradab. Mereka menggunakan daya pikirnya guna memenuhi nafsu dan keinginan fisiknya, padahal mereka sebenarnya hidup dalam tingkat bathin naluri. Tentu, setelah orang menjadi lebih beradab maka perasaannya menjadi lebih halus, sedangkan orang primitif mempunyai perasaan kasar. Yang perlu dicatat adalah, pikiran orang beradabpun masih diperbudak oleh keinginan dan nafsu badannya.

Setelah manusia semakin tinggi tingkatannya, mulailah ia mempunyai konsep tentang Aku nya yang lebih tinggi. Ia mulai menggunakan pikirannya dan akalnya, maka ia pindah dari tingkat bathin naluri ke tingkat bathin mental – ia mulai menggunakan kecerdasannya, ia mulai merasakan bahwa bathinnya adalah lebih nyata bagi dirinya dari pada badannya – bahkan kadang ia melupakan badannya bila sedang terbenam dalam pemikiran secara serius.

Setelah kesadaran orang meningkat “yaitu kesadarannya berpindah dari tingkat mental ke tingkat kerohanian“ ia menyadari bahwa “Aku” yang sebenarnya adalah sesuatu yang lebih tinggi dari pada pikiran, perasaan dan badan fisiknya, bahwa semuanya ini dapat digunakan sebagai alat atau instrumennya. Pengetahuan ini bukan merupakan pengertian saja, tetapi merupakan kesadaran yang khas, artinya orang benar-benar merasakan sebagai Aku yang sebenarnya (sebagai bashirah).

Dalam kajian kali ini, kami coba menunjukkan kepada anda cara mengembangkan atau membangkitkan kesadaran Aku yang fitrah. Ini merupakan amalan pertama yang harus disadari, sebab kita tidak akan bisa melakukan pendekatan kepada Allah kalau tidak menyadari hakekat diri yang hakiki. Seperti tujuan melakukan amalan puasa dibulan ramadhan adalah mencapai fitrah (idul fitri, kembali kepada fitrah yang mempunyai sifat suci seperti bayi yaitu diri yang sejati atau “Aku”).

Kesadaran`Aku” ini merupakan langkah pertama pada jalan menuju keadaan yang disebut sebagai `penerang”, merupakan realisasi hubungan dengan Yang Maha Agung.
Sumber: Ustadz Abu Sangkan
Read more

Kaifiyah Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah

Seseorang yang memasuki dan mengambil thariqah Qodiriah wan Naqsyabandiyah ini, maka dia harus melaksanakan kaifiah atau tata cara  sebagai berikut;
1. Datang kepada guru mursyid untuk memohon izin memasuki thariqahnya dan menjadi muridnya. Hal ini dilakukan sampai memperoleh izinnya.
2. Mandi taubat yang dilanjutkan dengan shalat taubah dan shalat hajat.
3. Membaca istighfar 100 kali.
4. Shalat istikharah, yang bisa dilakukan sekali atau lebih sesuai dengan petunjuk sang Mursyid.
5. Tidur miring kanan dan menghadap kiblat sambil membaca shalawat Nabi Saw sampai tertidur.
Setelah lima hal tersebut dilakukan, selanjutnya adalah; Pelaksanaan Talqin Dzikir/Bai’at dengan cara kurang lebihnya seperti tersebut di atas. Melakukan puasa  dzir-ruh (puasa sambil menghindari  memakan makanan yang berasal dari  yang bernyawa) selama 41 hari.
Baru setelah itu, dia tercatat sebagai murid thariqah qodiriyah wan naqsyabandiyah. Adapun setelah menjadi murid thariqah ini, dia berkewajiban mengamalkan  wirid-wirid sebagai berikut;
a.   Diawali dengan membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى, اعطنىمحبتك ومعرفتك ولا حول ولا قوة الا بالله العلى العظيم 3×
b.   Hadrah Al-Fatihah kepada Ahli silisilah Thariqah Qodiriah wan Naqsyabandiyah.
c.   Membaca Al-Ikhlas 3 kali,Al-Falaq 1kali, dan An-Nas 1 kali.
d.   Membaca shalawat umm 3 kali.

اللهم صل على سيدنا محمد النبى الامى وعلى اله وصحبه وسلم

e.   Membaca istighfar 3 kali.

استغفر الله  الغفور الرحيم

f.    Rabithah kepada guru mursyid sambil membaca:
لااله الا الله حي باق, لا اله الا الله حي موجود, لا اله الا الله حي معبود
g.   Membaca dzikir nafi itsbat (لا اله الا الله)  ) enam puluh lima kali.kemudian dilanjutkan dengan;
h.    Membaca lagi:

الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى, اعطنىمحبتك ومعرفتك ولا حول ولا قوة الا بالله العلى العظيم 3×

i.    Menenangkan dan mengkonsentrasikan hati ,kemudian kedua bibir dirapatkan sambil lidah ditekan dan gigi  direkatkan seperti orang mati, dan merasa bahwa inilah nafas terakhirnya sambil mengingat alam kubur dan kiamat dengan segala kerepotannya.
j.     Kemudian dengan hatinya mewiridkan dzikir ismudz-dzat ( (الله seribu kali
Keterangan:
- Semua wirid tersebut dilaksanakan setiap kali setelah shalat maktubah.
- Untuk dzikir ismudz- dzat, kalau sudah bisa istiqomah setelah shalat maktubah maka ditingkatkan dengan di tambah qiyamul lail dan setelah shalat dhuha.
- Untuk dzikir ismudz-dzat boleh dilakukan sekali dengan cara di ropel 5000 x (bagi yang masih ba’da maktubah) aau 7000 X (bagi yang  sudah di tingkatkan)
- Sikap duduk waktu melaksanakan wirid tersebut tidak ada keharusan tertentu. Jadi bisa dengan cara tawarruk,iftirasy atau bersila.
- Bacaan aurad tersebut  adalah bagi para mubtadi’ atau pemula.
- Ajaran aurad dan pelaksanaan amalan dzikir lainnya yang ada dalam thariqah  qodiriah wan Naqsyabandiyah ini secara lebih detail  dan terperinci, dapat diketahui apabila seseoang telah masuk menjadi anggotanya dan meningkat ajarannya.
Keterangan:
-Informasi mengenai kaifiyah dan amalan dalam thariqah qodiriyah wan naqsyabandiyah ini diperoleh dari  KH. Muhsin Syafi'i Al-Maqbuly, seorang mursyid thariqah Qodiriyah wan Naqsyabandiyah yang juga pengasuh pondok pesantren “ Roudlotul Muhsinin” , Al-Maqbul, Bululawang, Malang, Jawa Timur.
-Untuk kegiatan tawajuhhan di tempat KH. Muhsin Syafi'i Al-Maqbuly diadakan setiap hari selasa untuk putri/ibu-ibu, dan setiap hari Rabu untuk putra/bapak-bapak, mulai jam 08.00-12.00 wib.
-Untuk pelaksanaan bai’at, bisa dilakukan setiap saat.

Adapun sanad kemursyidan KH. Muhsin Syafi'i Al-Maqbuly adalah sebagai berikut:

KH. Muhsin Syafi'i
>>dari Syaikh Ihsan
>>dari Syaikh Muhammad Ibrahim
>>dari Syaikh Abdul Karim Banten
>>dari Syaikh Ahmad Khotib Sambas
>>dari Syaikh Syamsudin
>>dari Syaikh Muhammad Murodi
>>dari Syaikh Abdul Fath
>>dari Syaikh Utsman
>>dari Syaikh Abdurrahim
>>dari Syaikh Abu Bakar
>>dari Syaikh Yahya
>>dari Syaikh Hisamudin
>>dari Syaikh Waliuddin
>>dari Syaikh Nurrudin
>>dari Syaikh Sarofudin
>>dari Syaikh Samsudin
>>dari Syaikh Muhammad Al-Hatak
>>dari Syaikh Abdul Aziz
>>dari Sulthonul Auliya’ Sayyidisy Syaikh Abdul Qodir Al-Jilaniy
>>dari Syaikh Abi Sa’id Al-Mubarak bin Mahzumi
>>dari Syaikh Abul Hasan Ali Al-Makari
>>dari Syaikh Abu Farh At-Thurtusiy
>>dari Syaikh Abdul Wahid At-Taimi
>>dari Syaikh Siir As-Saqthi
>>dari SyaikhAbu Bakar As-Syibli
>>dari Sayyidi Thoifah Ash-Shufiyah Abul Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi
>>dari Syaikh Ma’ruf Al-Kurkhi
>>dari Syaikh Abu Hasan Ali Ar-Ridlo bin Musa Ar-Rofi
>>dari Syaikh Musa Al-Kadhim
>>dari Syaikh Sayyidina Al-Imam  Ja’far Ash-Shadiq
>>dari sayyidina Muhammad Al-Baqir
>>dari sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin
>>dari sayyidina Asy-Syahid Husein bin Sayyidatina Fatimah Az-Zahro’ RA
>>dari Sayyidina Ali  bin Abi Thalib RA
>>dari  Sayyidil Mursalin wa Habibi Rabbil-‘Alamin wa Rasulillah ila Kaffatil- Khola-iq Ajma’in Muhammad SAW
>>dari sayyidina  Jibril AS
>>dari  Rabbul-Arbab wa Mu’tiqur Riqab Allah SWT
Read more