Biografi Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani Al Makky

Nama lengkapnya yaitu As-Sayyid Prof. Dr. Muhammad bin Sayyid ‘Alawi bin Sayyid Abbas bin Sayyid Abdul Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili. Beliau dilahirkan di kota suci Makkah pada tahun 1365 H.

Silsilah nasab beliau bersambung sampai Rasulullah SAW melalui Sayyiduna al-Hasan RA. Beliau adalah seorang pendidik Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan cahaya dari Rumah Nabi sall-Allahu ‘alaihi wasallam di zaman kita saat ini, seorang ‘alim kontemporer dalam ilmu hadits, ‘alim mufassir (penafsir) Quran, Fiqh, doktrin (‘aqidah), tasawwuf, dam biografi Nabawi (sirah), beliau adalah otoritas yang paling dihormati di kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Ayahandanya maupun kakek beliau adalah para imam dan pimpinan para khatib (penceramah) di Kota Suci Makkah, seperti juga Sayyid Muhammad sendiri sejak permulaan 1971 hingga 1983.

Beliau belajar di halaqah-halaqah Masjidil-Haram dan sekolah di madrasah al-Falah Makkah, dimana ayah beliau Sayyid Alwi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki, dekat Babu As-salam. kemudian belajar di Madrasah Tahfiz al-Qur’an. Setelah itu beliau menuntut ilmu di luar negeri seperti India dan Pakistan. Sampai beliau meraih gelar MA dan Doctor dari Kuliyah Usuluddin Universitas al-Azhar. Kemudian beliau ke Maroco untuk menuntut ilmu dari ulama-ulama yang terkenal disitu.

Ayah beliau, Sayyid Alwi bin Abbas Almaliki (kelahiran Makkah tahun 1328H), seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Disamping aktif dalam berdawah baik di Masjidil Haram atau di kota-kota lainnya yang berdekatan dengan kota Makkah seperti Thoif, Jeddah dll, Sayyid Alwi Almaliki adalah seorang alim ulama yang pertama kali memberikan ceramah di radio Saudi setelah salat Jumat dengan judul “Hadist al-Jumah”.

Begitu pula ayah beliau adalah seorang Qadhi yang selalu dipanggil masyarakat Makkah jika ada perayaan pernikahan. Selama menjalankan tugas da’wah, Sayyid Alwi bin Abbas Almaiki selalu membawa kedua putranya Muhammad dan Abbas. Mereka berdua selalu mendampinginya kemana saja ia pergi dan berceramah baik di Makkah atau di luar kota Makkah. Adapun yang meneruskan perjalanan dakwah setelah wafat beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki dan Sayyid Abbas selalu berurusan dengan kemaslahatan kehidupan ayahnya.

Sebagaimana adat para Sadah dan Asyraf ahli Makkah, Sayyid Alwi Almaliki selalu menggunakan pakaian yang berlainan dengan ulama yang berada disekitarnya. Beliau selalu mengenakan jubbah, serban (imamah) dan burdah atau rida yang biasa digunakan dan dikenakan Asyraf Makkah.

Setelah wafat Sayyid Alwi Almaiki, pada tahun pada 1971 M. anaknya Sayyid Muhammad tampil sebagai penerus ayahnya. Dan sebelumnya ia selalu mendapatkan sedikit kesulitan karena ia merasa belum siap untuk menjadi pengganti ayahnya. Maka langkah pertama yang diambil adalah ia melanjutkan studi dan ta’limnya terlebih dahulu. Beliau berangkat ke Kairo dan Universitas al-Azhar Assyarif merupakan pilihanya. Setelah meraih S1, S2 dan S3 dalam fak Hadith dan Ushuluddin beliau kembali ke Makkah untuk melanjutkan perjalanan yang telah di tempuh sang ayah dan beliau menjadi guru besar di Masjidil Haram.

Disamping mengajar di Masjidi Haram di halaqah, beliau diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah bagian ilmu Hadith dan Usuluddin. Beliau sering mengisi ceramah dan pengajian di siaran radio dan diskusi-diskusi umum baik dalam dan di luar Saudi. Dan beliau terpilih menjadi ketua pertama Lajnah Tahkim Internasional untuk Musabaqoh Qur’an Karim tahun 1399 H, 1400 H dan 1401 H. Cukup lama beliau menjalankan tugasnya sebagai dosen di dua Universiatas tsb, sampai beliau memutuskan mengundurkan diri dan memilih mengajar di Masjidil Haram sambil menggarap untuk membuka majlis ta’lim dan pondok di rumah beliau.

Beliau sering mengunjungi negara-negara Islam dan mendirikan lebih dari 30 Ma’had dan 30 Madrasah di Asia bagian timur dan selatan. Berdasarkan karya-karya beliau dan pengalaman beliau dalam berakwah di berbagai negara Islam, maka Universitas al-Azhar memberikan gelar Profesor kepada beliau pada tanggal 2 safar 1421H (6 Mei 2000) Telah terbit sebuah buku yang mengumpulkan ilmu-ilmu, kehidupan, pemikiran dan pengaruh beliau. Buku ini berjudul al-Maliki Alimul-Hijaz karangan Zuhair Jamil Kutbi.

Adapun pelajaran yang di berikan baik di masjid haram atau di rumah beliau tidak berpoin kepada ilmu tertentu seperti di Universitas. Akan tetapi semua pelajaran yang diberikannya bisa diterima oleh semua masyarakat baik masyarakat awam atau terpelajar, semua bisa menerima dan semua bisa mencicipi apa yang diberikan Sayyid Maliki. Maka dari itu beliau selalu menitik-beratkan untuk membuat rumah yang lebih besar dan bisa menampung lebih dari 500 murid per hari yang biasa dilakukan selepas sholat Maghrib sampai Isya di rumahnya di Hay al Rashifah. Begitu pula setiap bulan Ramadan dan hari raya beliau selalu menerima semua tamu dan muridnya dengan tangan terbuka tanpa memilih golongan atau derajat. Semua di sisinya sama tamu-tamu dan murid murid, semua mendapat penghargaan yang sama dan semua mencicipi ilmu bersama-sama.

Dari rumah beliau telah keluar ulama-ulama yang membawa panji Rasulallah ke suluruh pelosok permukaan bumi. Di mana negara saja kita dapatkan murid beliau, di India, Pakistan, Afrika, Eropa, Amerika, apa lagi di Asia yang merupakan sebagai orbit dahwah sayid Muhammad Almaliki, ribuan murid murid beliau yang bukan hanya menjadi kyai dan ulama akan tetapi tidak sedikit dari murid-murid beliau yang masuk ke dalam pemerintahan.

Di samping pengajian dan taklim yang rutin di lakukan setiap hari pula beliau telah berusaha mendirikan pondok yang jumlah santrinya tidak sedikit, semua berdatangan dari seluruh penjuru dunia, belajar, makan, dan minum tanpa di pungut biaya sepeser pun bahkan beliau memberikan beasiswa kepada para santri sebagai uang saku. Setelah beberapa tahun belajar para santri dipulangkan ke negara-negara mereka untuk menyiarkan agama.

Sayid Muhammad Almaliki dikenal sebagai guru, pengajar dan pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih-lebihan, dan selalu menerima hiwar dengan jalan hikmah dan mauidhah hasanah. Dalam kehidupannya beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang tidak bersependapat baik dengan pemikirannya atau dengan alirannya. Semua yang berlawanan diterima dengan sabar dan usaha menjawab dengan hikmah dan menyelesaikan sesuatu masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang pasti bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu dan berkesudahan. Beliau tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang yang diinginkan musuh Islam. Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser dari kedudukannya baik di Universitas dan ta’lim beliau di masjidil Haram. Semua ini beliau terima dengan kesabaran dan keikhlasan bahkan beliau selalu menghormati orang-orang yang tidak bersependapat dan sealiran dengannya, kalaupun mereka memiliki pandangan khilaf yang bersumber dari al-Quran dan Sunah.

Adapun ulama yang telah mendapat gemblengan dari Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki, mereka pintar-pintar dan terpelajar. Di samping menguasai bahasa Arab, mereka menguasai ilmu-ilmu agama yang cukup untuk dijadikan marja’ dan referensi di negara-negara mereka.

Menurut Habib Abdurahman Al Basurrah, wakil sekjen Rabithah Alawiyah yang lama mukim di Arab Saudi, di Indonesia diantara murid-murid Al-Maliki banyak yang menjadi ulama terkenal dan pendiri dari berbagai pesantren. Murid-muridnya itu antara lain Habib Abdulkadir Alhadad, pengurus Al-Hawi di Condet, Jakarta Timur, Habib Hud Baqir Alatas pimpinan majelis taklim As-Shalafiyah, Habib Saleh bin Muhammad Alhabsyi, Habib Naqib Bin Syechbubakar yang memimpin majelis taklim di Bekasi, Novel Abdullah Alkaff yang membuka pesantren di Parangkuda, Sukabumi.

Diantara ulama Betawi lainnya yang pernah menimba ilmu di Makkah adalah KH Abdurahman Nawi, yang kini memiliki tiga buah madrasah / pesantren masing-masing di Tebet, Jakarta Timur, dan dua di Depok. Masih belasan pesantren dan madrasah di Indonesia yang pendirinya adalah alumni dari Al-Maliki. Seperti KH Ihya Ulumuddin yang memiliki pesantren di Batu, Malang, Demikian pula Pesantren Riyadus Sholihin di Ketapang (Probolinggo), Pondok Pesantren Genggong, juga di Probolinggo. Dan masih banyak lagi murid-murid beliau yang tidak disebutkan disini.

Beliau ingin mengangkat derajat dan martabat Muslimin menjadi manusia yang berperilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan perasaannya. Beliau adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan jujur serta adil dan cinta kasih terhadap sesama. Itulah ajaran utama Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki. Beliau selalu menerima dan menghargai pendapat orang dan menghormati orang yang tidak sealiran dengannya atau tidak searah dengannya

KARYA TULIS BELIAU

Di samping tugas beliau sebagai da’i, pengajar, pembibing, dosen, penceramah dan segala bentuk kegiatan yang bermanfaat bagi agama, beliau pula seorang pujangga besar dan penulis unggul. Tidak kurang dari 100 buku yang telah dikarangnya, semuanya beredar di seluruh dunia. Tidak sedikit dari kitab2 beliau yang beredar telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu, Indonesia dll.

Sayyid Muhammad merupakan seorang penulis prolifik dan telah menghasilkan hampir seratus buah kitab. Beliau telah menulis dalam pelbagai topik agama, undang-undang, social serta sejarah, dan kebanyakan bukunya dianggap sebagai rujukan utama dan perintis kepada topik yang dibicarakan dan dicadangkan sebagai buku teks di Institusi-institusi Islam di seluruh dunia. Kita sebutkan sebaagian hasilnya dalam berbagai bidang ilmu :

Bidang Aqidah:
  1. Mafahim Yajib an Tusahhah
  2. Manhaj As-salaf fi Fahm An-Nusus
  3. At-Tahzir min at-Takfir
  4. Huwa Allah
  5. Qul Hazihi Sabeeli
  6. Sharh ‘Aqidat al-‘Awam
Bidang Tafsir :
  1. Zubdat al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an
  2. Wa Huwa bi al-Ufuq al-‘A’la
  3. Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ulum al-Quran
  4. Hawl Khasa’is al-Quran
Bidang Hadits:
  1. Al-Manhal al-Latif fi Usul al-Hadith al-Sharif
  2. Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ilm Mustalah al-Hadith
  3. Fadl al-Muwatta wa Inayat al-Ummah al-Islamiyyah bihi
  4. Anwar al-Masalik fi al-Muqaranah bayn Riwayat al-Muwatta lil-Imam Malik
Bidang Sirah :
  1. Muhammad (Sallallahu Alaihi Wasallam) al-Insan al-Kamil
  2. Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal al-Nabawiyyah
  3. ‘Urf al-Ta’rif bi al-Mawlid al-Sharif
  4. Al-Anwar al-Bahiyyah fi Isra wa M’iraj Khayr al-Bariyyah
  5. Al-Zakha’ir al-Muhammadiyyah
  6. Zikriyat wa Munasabat
  7. Al-Bushra fi Manaqib al-Sayyidah Khadijah al-Kubra
Bidang Usul :
  1. Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi Usul al-Fiqh
  2. Sharh Manzumat al-Waraqat fi Usul al-Fiqh
  3. Mafhum al-Tatawwur wa al-Tajdid fi al-Shari‘ah al-Islamiyyah
Bidang Fiqh :
  1. Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa ‘Alamiyyatuha
  2. Shawariq al-Anwar min Ad‘iyat al-Sadah al-Akhyar
  3. Abwab al-Faraj
  4. Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar
  5. Al-Husun al-Mani‘ah
  6. Mukhtasar Shawariq al-Anwar
Lain-lain :
  1. Fi Rihab al-Bayt al-Haram (Sejarah Makkah)
  2. Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa al-‘Asabiyyah (Kajian Berkaitan Orientalis)
  3. Nazrat al-Islam ila al-Riyadah (Sukan dalam Islam)
  4. Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj al-Da‘wah ila Allah (Teknik Dawah)
  5. Ma La ‘Aynun Ra’at (Butiran Syurga)
  6. Nizam al-Usrah fi al-Islam (Peraturan Keluarga Islam)
  7. Al-Muslimun Bayn al-Waqi‘ wa al-Tajribah (Muslimun, Antara Realiti dan Pengalaman)
  8. Kashf al-Ghumma (Ganjaran Membantu Muslimin)
  9. Al-Dawah al-Islahiyyah (Dakwah Pembaharuan)
  10. Fi Sabil al-Huda wa al-Rashad (Koleksi Ucapan)
  11. Sharaf al-Ummah al-Islamiyyah (Kemulian Ummah Islamiyyah)
  12. Usul al-Tarbiyah al-Nabawiyyah (Metodologi Pendidikan Nabawi)
  13. Nur al-Nibras fi Asanid al-Jadd al-Sayyid Abbas (Kumpulan Ijazah Datuk beliau, As-Sayyid Abbas)
  14. Al-‘Uqud al-Lu’luiyyah fi al-Asanid al-Alawiyyah (Kumpulan Ijazah Bapa beliau, As-Sayyid Alawi)
  15. Al-Tali‘ al-Sa‘id al-Muntakhab min al-Musalsalat wa al-Asanid (Kumpulan Ijazah)
  16. Al-‘Iqd al-Farid al-Mukhtasar min al-Athbah wa al-Asanid (Kumpulan Ijazah)
Catatan diatas adalah kitab As-Sayyid Muhammad yang telah dihasilkan dan diterbitkan. Terdapat banyak lagi kitab yang tidak disebutkan dan juga yang belum dicetak. Kita juga tidak menyebutkan berapa banyak karya tulis yang telah dikaji, dan diterbitkan untuk pertama kali, dengan ta'liq (catatan kaki) dan komentar dari As-Sayyid Muhammad. Secara keseluruhannya, sumbangan As-Sayyid Muhammad amat agung. Banyak hasil kerja As-Sayyid Muhammad telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa.

Beliau banyak meriwayatkan hadits dari Syekh Hasanain bin M. Makhluf mufti Mesir, Syekh Hasan al-Ahdal al-Yamani, Syekh M.As’ad al-Abji Mufti Mazhab Syafii di Halab, Syekh M. Syafi’ Mufti Pakistan dan lain-lain. Namun guru-guru beliau yang sangat berpengaruh dan berarti dalam kehidupan beliau dalam periwayatan Hadits adalah:
  • Ayah kandung beliau, yaitu As-Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki al-Hasani (wafat 1391H.)
  • Syekh M.Yahya bin As-Syekh Aman (wafat 1387H.)
  • Syekh M.al-Arabi Attubbani (wafat 1390H)
  • Syekh Hasan bin Sa’id Yamani (wafat 1392H)
  • Syekh M.al-Hafidz Attijani, Ahli Hadits Mesir (wafat 1398H)
  • Syekh Hasan bin M.al-Massyath (wafat 1399)
  • Syekh M. Nur Saef bin Hilal al-Makki (wafat 1403H)
  • Syekh Abdullah bin Sa’id Allahji (wafat 1410H)
  • Syekh M.Yasin al-Fadani (wafat 1410H).
Mafahim Yujibu an-Tusahhah (Konsep-konsep yang perlu diluruskan) adalah salah satu kitab karya Sayyid Muhammad, bersinar layaknya suatu kemilau mutiara. Inilah seorang manusia yang menantang rekan-rekan senegaranya, kaum Salafi-Wahhabi, dan membuktikan kesalahan doktrin-doktrin mereka dengan menggunakan sumber-sumber dalil mereka.

Untuk keberanian intelektualnya ini, Sayyid Muhammad dikucilkan dan dituduh sebagai “seorang yang sesat”. Beliau pun dicekal dari kedudukannya sebagai pengajar di Haram (yaitu di Masjidil Haram, Makkah, red.). Kitab-kitab karya beliau dilarang, bahkan kedudukan beliau sebagai professor di Umm ul-Qura pun dicabut. Beliau ditangkap dan passport-nya ditahan. Namun, dalam menghadapi semua hal tersebut, Sayyid Muhammad sama sekali tidak menunjukkan kepahitan dan keluh kesah. Beliau tak pernah menggunakan akal dan intelektualitasnya dalam amarah, melainkan menyalurkannya untuk memperkuat orang lain dengan ilmu (pengetahuan) dan tasawwuf.

Pada akhir hayatnya yang berkenaan dengan adanya kejadian teroris di Saudi Arabia, beliau mendapatkan undangan dari ketua umum Masjidil Haram Syeikh sholeh bin Abdurahman Alhushen untuk mengikuti “Hiwar Fikri” di Makkah yang diadakan pada tg 5 sd 9 Dhul Q’idah 1424 H dengan judul “Al-qhuluw wal I’tidal Ruya Manhajiyyah Syamilah”, di sana beliau mendapat kehormatan untuk mengeluarkan pendapatnya tentang thatarruf atau yang lebih poluler disebut ajaran yang beraliran fundamentalists atau extremist. Dan dari sana beliau telah meluncurkan sebuah buku yang sangat popular dikalangan masyarakat Saudi yang berjudul “Alqhuluw Dairah Fil Irhab Wa Ifsad Almujtama”. Dari situ, mulailah pandangan dan pemikiran beliau tentang da’wah selalu mendapat sambutan dan penghargaan masyarakat luas.

Pada tanggal 11/11/1424, beliau mendapat kesempatan untuk memberikan ceramah dihadapan wakil raja Amir Abdullah bin Abdul Aziz yang isinya beliau selalu menggaris-bawahi akan usaha menyatukan suara ulama dan menjalin persatuan dan kesatuan da’wah.

Beliau wafat hari jumat tanggal 15 Ramadhan 1425 dan dimakamkan di pemakaman Al-Ma’la disamping makam istri Rasulullah Sayyidah Khadijah binti Khuwailid ra. dengan meninggalkan 6 putra, Ahmad, Abdullah, Alawi, Ali, al- Hasan dan al-Husen dan beberapa putri-putri yang tidak disebut satu persatu disini. Dan yang menyaksikan pemakaman beliau hampir seluruh umat muslimin yang berada di Makkah pada saat itu termasuk para pejabat, ulama, para santri yang datang dari seluruh pelosok negeri, baik dari luar Makkah atau dari luar negeri. Semuanya menyaksikan hari terakhir beliau sebelum disemayamkan, setelah disholatkan di Masjidil Haram ba’da sholat isya yang dihadiri oleh tidak kurang dari sejuta manusia.

Begitu pula selama tiga hari tiga malam rumahnya terbuka bagi ribuan orang yang ingin mengucapkan belasungkawa dan melakukan `aza’. Dan di hari terakhir `Aza, wakil Raja Saudi, Amir Abdullah bin Abdul Aziz dan Amir Sultan datang ke rumah beliau untuk memberikan sambutan belasungkawa dan mengucapkan selamat tinggal kepada pemimpin agama yang tidak bisa dilupakan umat. Ketika jenazah Sayyid Muhammad Al Maliki hendak dishalatkan di Masjidil Haram, ribuan warga kota Mekkah bergantian menggusung jenazahnya. Dikabarkan toko-toko disekitar Masjidil Haram yang dilewati jenazah mematikan lampu sebagai tanda dukacita. Kebesaran keluarga Al Maliki, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara Afrika, Mesir, dan Asia Tenggara. Jadi tidak heran dengan meninggalnya Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki umat Islam telah kehilangan satu ulama yang telah menggoreskan tinta sejarah perjuangan menegakkan kalimat tauhid dimuka bumi ini yang menjadi tauladan buat kita semua.

Sumber: madinatulilmi.com