Belajar Dzikir Kepada Allah

Inilah tujuan talqin dzikir kalimat Laa ilaaha illAllah (diucapkan secra lisan) dan dzikir Allahu Allah (diucapkan di dalam hati), yaitu supaya hati kita bersih. Jika kita sudah bersih maka Allah yang Maha Segalanya akan dapat dirasakan di dalam hatinya. Maksudnya bukan Dzat-Nya Allah, tapi ‘aunillah (pertolongan Allah), karunia Allah, pemberian Allah, kekasih Allah, akan terasa dalam hati pedzikir tadi. “Ana ‘inda dhonni ‘abdi biy idza dzakaroniy”.

Maksud dalam Hadits Qudsi tersebut yaitu ketika hamba mulai mengerti Sifat-sifat Allah dan Asma-Asma Allah yang Maha kaya dan Maha Pemberi kekayaan, yang Ada dan yang Mengadakan, yang Aman dan Mengamankan, yang Maha Kuat dan Perkasa, semuanya Sifat Allah itu didekatkan kepada orang yang berprasangka demikian kepada Allah. “Wa idza dzakaroniy fiy nafsihi dzakartuhu fiy nafsiy” (Jika hamba tersebut menyebut-Ku dalam kesendiriannya yaitu dalam hatinya, Aku juga akan menyebutnya, memperhatikannya dalam Dzat-Ku).

“Wa idza dzakaroniy fiy malain dzakartuhu fiy malain khoirin” (Jika hamba itu menyebut-Ku dalam suasana ramai, sibuk, Allah juga akan menyebutnya, memperhatikannya dalam suasana ramai yang lebih baik dari itu, yaitu di hari ketika manusia dibangkitkan). Maka kita belajar berdzikir itu tidaklah mudah, perlu ilmu, perlu perjuangan.

Cara pembacaan Laailaaha illAllah adalah ditarik dari bawah pusar kemudian terus ke atas hingga getaran suaranya terasa menguras semua perasaan di tengah-tengah badan. Demikian itu untuk membentengi pikiran selain Allah, karena syetan hendak masuk melalui tengah-tengah badan kita. “la-atiyannahum min baini aidihim wamin kholfihim wa ‘an ‘aimamihim wa ‘an syama’ilihim”. Sungguh aku (syetan) akan datang kepada mereka (untuk menggoda mereka) dari depan, dari belakang, dari kanan dan kiri. Jadi syetan masuk melalui tiga arah, yaitu tengah-tengah dada, rusuk dan seluruh tuhuh dan syetan mengancam manusia terus.

Setelah syetan tidak bisa masuk melalui depan, syetan melalui sebelah kanan, yaitu Lathifatul Khofy dan Lathifatur Ruh. Jika itu tidak bisa maka syetan masuk melalui sebelah kiri, yaitu Lathifatus Siiry dan Lathifatul Qolby. Demikian itu syetan ingin agar Allah tidak mendapatkan satupun manusia yang bisa bersyukur. Mengapa demikian? Karena syetan ingin agar manusia berkeluh kesah terus karena keluh kesah adalah pangkal susah dan syukur adalah pangkal tambah nikmat, “La’in syakartum

la’aziedannakum wala’in kafartum inna adzabiy lasyadied”.

Jadi kuncinya ada pada syukur dan tujuan dzikir adalah supaya kita bisa bersyukur. Dan syukur itu tidak hanya diucapkan dalam lisan, karena menurut Imam Ghozali, syukur itu ada tiga tingkatan, yaitu syukur bil lisan, syukur bil jawarih dan syukur bil jannan. Dan paling sulit adalah syukur bil jannan (syukur dengan perasaan). Banyak orang lisannya membaca Alhamdulillah, tapi dalam hatinya berkeluh kesah.

Demikian itu namanya syukur yang dusta. Jika demikian tentunya juga tidak mungkin bagi Allah untuk menambah kenikmatan. Jadi kalau kita sudah sempurna syukur kita, yaitu syukur bil lisan, syukur bil jawari’ dan syukur bil jannan, barulah La’aziedannakum ( Aku, kata Allah, akan menambah nikmat-Ku kepada kalian). Tapi jika kufur Inna ‘adzabiy lasyadied (sesungguhnya siksa-Ku sangat pedih). Kesusahan (siksa) itu juga tidak hanya cukup sampai di situ, tapi terus dan terus ilaa yaumil qiyamah (sampai hari kiamat).